17.24

Bahaya Islam Liberal

Bahaya Islam Liberal

Pendahuluan

Islam adalah dien al-haq yang diwahyukan oleh Allah taala kepada RasulNya yang terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam: "Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. 48: 28) Sebagai rahmat bagi semesta alam "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS 21:107) Dan sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah ta'ala: "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS 3:19) Islam adalah agama yang utuh yang mempunyai akar, dimensi, sumber dan pokok-pokok ajarannya sendiri. Siapa yang konsisten dengannya maka ia termasuk Firqah Najiyah (kelompok yang selamat) dan yang keluar atau menyimpang darinya maka ia termasuk firqah-firqah yang halikah (kelompok yang binasa).

Pertama, prinsip kebebasan individual.
Kedua, prinsip kontrak sosial.
Ketiga, prinsip masyarakat pasar bebas.
Keempat, meyakini kewujudan banyak Sosiobudaya dan Politik Masyarakat. (Gado-Gado Islam Liberal; Sabili no 15 Thn IX/81).

Islam dan Liberal adalah dua istilah yang antagonis, saling berhadap-hadapan tidak mungkin boleh bertemu. Namun demikian ada sekelompok orang di Indonesia yang rela menamakan dirinya dengan Jaringan Islam Liberal (JIL) dan fahaman ini juga wujud di Malaysia.

Islam adalah pengakuan bahwa apa yang mereka suarakan adalah haq tetapi pada hakikatnya suara mereka itu adalab bathil kerana liberal tidak sesuai dengan Islam yang diwahyukan dan yang disampaikan oleh Rasul Muhammad shallallahu 'alaihi wasllam, akan tetapi yang mereka suarakan adalah bidah yang ditawarkan oleh orang-orang yang ingkar kepada Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka kita akan huraikan sanad (asal usul) firqah liberal (kelompok Islam Liberal atau Kelompok kajian utan kayu**nota utan kayu adalah nama pena seorang aktivis pantau http://www.pantau.or.id/txt/21/03.html), visi, misi agenda dan bahaya mereka.

Sanad (asal-usul) Firqah Liberal

Islam liberal menurut Charless Kurzman muncul sekitar abad ke-18 dikala kerajaan Turki Utsmani Dinasti Shafawi dan Dinasti Mughal tengah berada digerbang keruntuhan. Pada saat itu tampillah para ulama untuk mengadakan gerakan pemurnian, kembali kepada al-Quran dan sunnah. Pada saat ini muncullah fahaman liberal awal melalui Syah Waliyullah (India, 1703-1762), menurutnya Islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan keperluan pcnduduknya. Hal ini juga terjadi dikalangan Syiah. aka Muhammad Bihbihani (Iran, 1790) mulai berani membuka pintu ijtihad dan membukanya lebar-lebar.

Idea ini terus berkembang. Rifah Rafi al-Tahtawi (Mesir, 1801-1873) memasukkan unsur-unsur Eropah dalam pendidikan Islam. Shihabuddin Marjani (Rusia, 1818-1889) dan Ahmad Makhdun (Bukhara, 1827-1897) memasukkan mata pelajaran sekular ke dalam kurikulum pendidikan Islam. (Charless Kurzman: xx-xxiii)

Di India muncul Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-18%) yang memujuk kaum muslimin agar mengambil kebijakan bekerjasama dengan penjajah Inggeris. Pada tahun 1877 ia membuka sebuah kolej yang kemudian menjadi Universiti Aligarh (1920). Sementara Amir Ali (1879-1928) melalui buku The Spirit of Islam berusaha mewujudkan seluruh nilai liberal yang dipuja di Inggeris pada masa Ratu Victoria. Amir Ali memandang bahawa Nabi Muhammad adalah Pelopor Agung Rasionalisme. (William Montgomery Waft: 132).

Di Mesir muncullah M. Abduh (1849-1905) yang banyak menyeduk pemikiran muktazilah, berusaha menafsirkan Islam dengan cara yang bebas dari pengaruh salaf. Lalu muncul Qasim Amin (1865-1908) kakitangan Eropah dan pelopor emancipate (kebebasan) wanita, penulis buku Tahrir al-Marfah. Lalu muncul Ali Abd. Raziq (1888-1966). Lalu yang menghancurkan sistem khilafah, menurutnya Islam tidak memiliki dimensi politik kerana Muhammad hanyalah pemimpin agama. Lalu diteruskan oleh Muhammad Khalafullah (1926-1997) yang mengatakan bahawa yang dikehendaki oleh Al-Quran hanyalah system demokrasi tidak yang lain.(Charless: xxi,l8).

Di Al-Jazair muncul Muhammad Arkoun (lahir 1928) yang menetap di Perancis, ia memulakan tafsir Al Quran model baru yang didasarkan pada berbagai disiplin Barat seperti dalam lapangan semiotika (ilmu tentang fenomena tanda), antropologi, filsafat dan linguistik. Intinya Ia ingin menelaah Islam berdasarkan ilmu-ilmu pengetahuan Barat moden. Dan ingin mempersatukan keanekaragaman pemikiran Islam dengan keanekaragaman pemikiran diluar Islam. (Mufadz, Muhammad Arkoun Anggitan tentang cara-cara tafsir al-Quran, Jurnal Salam vol.3 No. 1/2000 hal 100-111; Abd. Rahman al-Zunaidi: 180; Willian M Watt: 143).

Di Pakistan muncul Fazlur Rahman (lahir 1919) yang menetap di Amerika dan menjadi guru besar di Universiti Chicago. Ia memulakan tafsir konstekstual, satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Ia mengatakan al-Quran itu mengandung dua aspek: legal spesifik dan ideal moral, yang dituju oleh al-Quran adalah ideal moralnya kerana itu ia yang lebih bagus untuk diterapkan. (Fazhul Rahman: 21; William M. Watt: 142-143).

Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur Rahman di Chicago) yang mempelopori gerakan firqah liberal bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wachid. (Adiyan Husaini dalam makalah Islam Liberal dan misinya menukil dari Greg Barton, Sabili no. 15: 88). Nurcholis Madjid telah memulai gagasan pembaruannya sejak tahun l970-an. Pada saat itu ia telah rnenyuarakan pluralisme agama dengan menyatakan: Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh di atas dasar fahaman kenisbian (relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya merupakan inti setiap agama (Nurcholis Madjid: 239)

Lalu sekarang muncullah apa yang disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang mengusung idea-idea Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang sealiran dengan fikirannya. Demikian sanad Islam Liberal menurut Hamilton Gibb, William Montgomery Watt, Chanless Kurzman dan lain-lain. Akan tetapi kalau kita usul maka pokok fikiran mereka sebenarnya lebih tua dari itu.

Fahaman mereka yang rasionalis dalam beragama kembali pada guru besar kesesatan iaitu Iblis Iaknatullah alaih. (Ali Ibn Abi aI-fIzz: 395) kerana itu JIL boleh diplesetkan dengan Jalan Iblis Laknat. Manakala fahaman sekularis dalam bermasyarakat dan bernegara berakhir sanadnya pada masyarakat Eropah yang menjatuhkan tokoh-tokoh gereja yang melahirkan moto Render Unto The Caesar what The Caesars and to the God what the Gods (Serahkan apa yang menjadi hak Kaisar kepada kaisar dan apa yang menjadi hak Tuhan kepada Tuhan). (Muhammad Imarah: 45) Kerana itu ada yang mengatakan: Cak Nur Cuma meminjam pendekatan Kristian yang membidani lahirnya peradaban barat, sedangkan fahaman pluralisme yang mereka agungkan bersambung sanadnya kepada lbn Arabi (468-543 H) yang mendokong keimanan Firaun dan mengunggulkannya atas nabi Musa 'alaihis salam (Muhammad Fahd Syaqfah: 229-230)

Misi Firqah Liberal

Misi Firqah Liberal adalah untuk menghadang (tepatnya: rnenghancurkan) gerakan islam fundamentalis (www.islamlib.com). mereka menulis: sudah tentu, jika tidak ada usaha-usaha untuk mencegah dominannya pandangan keagamaan yang militan itu, boleh jadi, dalam waktu yang panjang, pandangan-pandangan kelompok keagamaan yang militan ini boleh menjadi dominan. Hal ini jika benar terjadi, akan mempunyai akibat buruk buat usaha memantapkan demokratisasi di Indonesia. Sebab pandangan keagamaan yang militan biasanya menimbulkan ketegangan antara kelompok-kelompok agama yang ada. Sebut sahaja antara islam dan Kristian. Pandangan-pandangan keagamaan yang terbuka (inklusif) plural, dan humanis adalah salah satu nilai-nilai pokok yang mendasari suatu kehidupan yang demokratis.

Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi lawan firqah liberal adalah orang yang memiliki lima cirri-ciri; iaitu

(1) mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap Barat,
(2) mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu dengan membangkitkan kembali masa lalu itu
(3) mereka yang bertujuan menerapkan syariat Islam
(4) mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama dan negara
(5) mereka menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun (petunjuk) untuk masa depan.

Demikian yang dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon (Muhammad Imarah : 75)

Agenda dan Gagasan Firqah Liberal

Dalam tulisan berjudul Empat Agenda islam Yang Membebaskan; Luthfi AsySyaukani, salah seorang pengasas JIL yang juga dosen di Universitas Paramadina Mulya memperkenalkan empat agenda Islam Liberal. Pertama, agenda politik. Menurutnya urusan negara adalah murni urusan dunia, sistem kerajaan dan parlimen (demokrasi) sama sahaja. Kedua, mengangkat kehidupan antara agama. Menurutnya perlu pencarian teologi pluralisme mengingat semakin majmuknya kehidupan bermasyarakat di negeri-negeri Islam. Ketiga, emansipasi (Kebebasan) wanita dan Keempat kebebasan berpendapat (secara mutlak).

Sementara itu, dari sumber lain kita telah mendapatkan empat agenda mereka adalah
(1) pentingnya konstekstualisasi ijtihad
(2) komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan
(3) penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama
(4) permisahan agama dari parti politik dan adanya posisi non-sektarian negara (lihat Greg Bertan, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pustaka Antara Paramadina 1999: XXI)

Bahaya Firqah Liberal

1) Mereka tidak menyuarakan Islam yang diredhai oleh Allah, tetapi menyuarakan pemikiran-pemikiran yang diredhai oleh Iblis, Barat dan pan Thaghut lainnya.

2) Mereka lebih menyukai attribute (unsur) fasik daripada gelaran-gelaran keimanan kerana itu mereka benci kepada kata-kata jihad, sunnah, salaf dan lain-lainnya dan mereka rela menyebut Islamnya dengan Islam Liberal. Allah berfirman: "Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman". (QS. Al-Hujurat 11)

3) Mereka beriman kepada sebahagian kandungan Al Quran dan meragukan kemudian menolak sebahagian yang lain, supaya penolakan mereka terkesan sopan dan ilmiyah mereka menciptakan jalan baru dalam menafsiri al-Quran. Mereka menyebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik, Tafsir Kritis dan Tafsir Liberal. Sebagai contoh, Musthofa Mahmud dalam kitabnya al-Tafsir al-Ashri menafsiri ayat ( -Faq tho 'u aidiyahumaa- ) maka putuslah usaha mencuri mereka dengan memberi santunan dan mencukupi keperluannya. (Syeikh Mansyhur Hasan Salman, di Surabaya, Isnin 4 Muharram 1423). Dan tafsir seperti ini juga diikuti juga di Indonesia. Maka jelaslah mengapa rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling saya khawatirkan atas adalah orang munafik yang pandai bicara. Dia membantah dengan Al-Quran." Orang-orang yang seperti inilah yang merosak agama ini. Mereka mengaku diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah perosak Islam, mereka mengajak kepada Al-Quran padahal merekalah yang mencampakkan Al-Quran. Mengapa demikian? Kerana mereka bodoh terhadap sunnah. (Lihat Ahmad Thn Umar al-Mahmashani: 388-389)

4) Mereka menolak paradigma keilmuwan dan syarat-syarat ijtihad yang ada dalam Islam, kerana mereka merasa rendah berhadapan dengan budaya barat, maka mereka melihat Islam dengan hati dan otak orang Barat.

5) Mereka tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi, para sahabatnya dan seluruh orang-orang mukmin. Bagi mereka pemahaman yang hanya berasaskan pada ketentuan teks-teks normatif agama serta pada bentuk-bentuk Formalisme Sejarah Islam paling awal adalah kurang memadai dan agama ini akan menjadi agama yang ahistoris dan eksklusif (Syamsul Arifin; Menakar Otentitas Islam LiberaL .Jawa Pos 1-2-2002). Mereka lupa bahwa sikap seperti inilah yang diancam oleh Allah:

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali." (QS. An-Nisaa 115).

6) Mereka tidak memiliki ulama dan tidak percaya kepada ilmu ulama. Mereka lebih percaya kepada nafsunya sendiri, sebab mereka mengaku sebagai pembaharu bahkan super pembaharu iaitu neo modernis. Allah berfirman: Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerosakan di muka bumi," mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerosakan, tetapi mereka tidak sedar. Apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman," mereka menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman." Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS. Al-Baqarah 11-13).

7) Kesamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika, iaitu menjadikan Turki sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John L. Esposito menegaskan bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh negara-negara Islam tampil seperti Turki.

8) Mereka memecah belah umat Islam kerana gagasan mereka adalah bidah dan setiap bidah pasti memecah belah.

9) Mereka memiliki asas pendidikan yang banyak melahirkan pemikir-pemikir liberal, memiliki media yang cukup dan jaringan internasional dan dana yang cukup.

10) Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas sehingga gagasannya terkesan sabun dan asal comot Lihat saja buku Charless Kurzman, Rasyid Ridha yang salafi (revivalis) itupun dimasukkan ke dalam kelompok liberal, begitu pula Muhammad Nashir (tokoh Masyumi) dan Yusuf Qardhawi (tokoh Ihwan al-Muslimin).

Bahayanya adalah mereka tidak boleh diam, padahal diam mereka adalah emas, memang begitu berat jihad menahan lisan. Tidak akan mampu melakukannya kecuali seorang yang mukmin. "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengucapkan yang baik atau hendaklah ia diam." (HR. Bukhari dan Muslim)(Lihat Husain al-Uwaisyah: 9 dan seterusnya).

Ahlul batil selain menghimpun kekuatan untuk memusuhi ahlul haq. Allah ta'ala berfirman: "Adapun orang-orang yang kafir, sebahagian mereka pelindung bagi sebahagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, nescaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS. Al-Anfaal 73). Sementara itu Ustaz Hartono Ahmad Jaiz menyebut mereka berbahaya sebab mereka itu sederhana tidak memiliki landasan keilmuwan yang kuat dan tidak memiliki aqidah yang mapan. (lihat Bahaya Islam Liberal: 40, 64-65)

Kisah Suhuf | Kisah Wahyu Terakhir | Solat Tahajjud | Saat Kematian | Sekular | Menu

Cadangan dan teguran dipersilakan kealamat azubir@streamyx.com

17.18

Islam Liberal;

Pendahuluan

Islam memberikan kebebasan dalam memeluk agama, islam bukan agama paksaan tetapi islam adalah agama yang rahmatal lil’alamin yang mengembangkan sikap toleransi sehingga sangat memungkinkan bagi agama lain untuk bekerjasama namun bukan dalam hal aqidah.

Firman Allah :

Artinya :

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.1 ( QS Al Baqarah : 256 )

Apabila sesorang telah memilih islam sebagai agamanya maka beban atau takalluf sebagai seorang muslim pun berlaku . Yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Tentunya langkah yang ia lakukan pertama-tama adalah membaca dua kalimat syahadat yang isinya persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Allah adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta dan sekaligus mengatunya. Allah mempunyai kekuasaan dan kebenaran yang mutlak atas segala makhlukNya ( Al Malik- Al Haqq ). Kebenaran yang Allah miliki itu disampaikan kepada hamba-habanya melalui para nabi dan rasulNya melalui perantaraan Malaikat

Jibril. Kebenaran Allah bersifat mutlak, sedangkan kebenaran manusia bersifat tidak mutlak atau nisbi. Tetapi manusia diberi akal untuk bisa mengetahui kebenaran yang haqiqi yaitu melalui wahyu para nabi dan rasul.

Dalam urusan agama akal harus tunduk kepada wahyu, bukan sebaliknya wahyu harus disesuaikan dengan kemauan akal. Sejarah mencatat bahwa pernah terjadi pada masa awal munculnya faham mu’tazilah sebagian orang meletakkan akal diatas dalil-dalil naqli. Seiring dengan perkembangan zaman dan problematika hidup yang semakin kompleks, maka menuntut penyesuaian penafsiran ayat-ayat Al Quran sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi karena Al Quran itu diperuntukkan sampai akhir zaman. Namun sayangnya kelompok liberalis yang rata-rata bertitel intelektual berusaha menafsirkan ajaran-ajaran agama dengan kemauan sendiri mengikuti hawa nafsu sehingga menyelewengkan dari arti kebenaran dan mengaburkan konsep aqidah yang selama ini dipegangi oleh mayoritas muslim terutama di Indonesia. Akibatnya sebagian muslim kehilangan keyakinan akan kebenaran kitab suci mereka sendiri. Al Quran ditafsirkan menurut versi mereka sehingga timbullah perbedaan-perbedaan baik dibidang aqidah dan syari’at.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan apabila virus liberal ini menjagkit ke umat islam sehingga terjadi krisis aqidah yang akhirnya berujung pada sekulerisme dan bahkan kemurtadan. Bagaimana pemikiran-pemikiran Adian Husaini tentang liberalisme?

Tulisan ini hendak membahas bagaimana pemkiran-pemikiran Adian Husaini tentang liberalisme yang terjadi dikalangan intelektual muslim khususnya di Indonesia, juga ingin membuka wawasan umat ilsam akan kesesatan yang ditimbulkan oleh faham ini.

Pemikiran-Pemikiran Adian Husaini Tentang Islam Liberal

Dalam bukunya yang berjudul Kumpulan Catatatan Akhir Pekan : Membendung Arus Liberalisme di Indonesia, Adian Husaini mengatakan bahwa : “liberalisme pada intinya adalah gagasan yang meletakkan ajaran agama dalam dinamika sejarah. 2

Jadi nilai-nilai agama harus tunduk kepada dinamika perkembangan zaman. Tidak ada ajaran agama yang dianggap tetap , semua harus berubah mengikuti zaman.

Sejarah liberalimse bermula dari kaum Yahudi yang petama kali melakukan liberalisasi terhadap agamanya. Kaum Yahudi liberal muncul pada abad ke-19 yang berusaha menyesuaikan dasar-dasar ajaran agama Yahudi dengan nilai-nilai zaman pencerahan Eropa yaitu tentang pemikiran dan bukti-bukti sains. Kaum Yahudi betekad bahwa mereka adalah bagian sejarah perjalanan dan dinamika zaman. Mereka siap untuk meninjau kembali memodifikasi dan merenovasi kembali ajaran-ajaran agama Yahudi. Setelah Yahudi Kaum Kristen juga membentuk aliran liberalisme. Rekonstruksi agama Kristen dilakukan dengan metode sosio –historis.3

Faham liberal yang di bawa oleh Barat modern menggiring manusia untuk menikmati dunia dan melupakan tuhannya. Kaum liberalis menjadikan keraguan dan relativisme sebagai dasar nilai yang mengarahkan manusia kepada keraguan terhadap kebenaran agama dan dilarang untuk meyakininya. Relativisme adalah suatu doktrin dimana ilmu, kebenaran dan moralitas yang berlaku selalu terkait dengan budaya, social, dan konteks sejarah dan tidak bersifat absolute. Jika dikatakan kebenaran adalah relative, artinya kebenaran itu hanya berlaku temporal, personal, parsial atau terkait budaya tertentu. Jadi tidak ada kebenaran yang abadi atau universal4. Maka ujung dari faham ini adalah sikap apatis tergadap kebenaran, sikap bebeal dan masa bodoh. Tidak peduli mana iman dan mana kufur, mana tauhid mana syirik, mana haq dan mana bathil dan juga tak peduli mana halal dan mana haram.

Upaya untuk mencegah liberalisme harus dilakukan oleh seluruh komponen umat Islam. Sebab liberalisme mendapatkan dukungan yang sangat besar dari system kekuatan-kekuatan yang global, Para penguasa dunia mendidik sarjana muslim dan tokoh-tokoh islam agar mau mengikuti langkah-langkah liberal. Kucuran dana, imbalan dan penghargaan yang sangat besar untuk yang berhasil dalam misi besar ini.5

Kaum liberal sudah tidak percaya lagi akan keotentikan Al Quran, sehingga tidak ada gunanya dalil Al Quran bagi mereka. Diantara mereka memang masih ada

yang percaya bahwa Al Quran adalah wahyu Allah, tetapi dalam penafsirannya berbeda-beda. Mereka menggunakan teori relativisme yang menganggap bahwa kebenaran itu relatif.

Jika ada umat islam yang berbeda pendapat dengan mereka maka akan disalahkan dibilang radikal , tidak toleran dan sebagainya. Jadi kita dilarang menyalahkan yang salah, tetapi mereka boleh menyalahkan pendapat yang tidak sesuai dengan mereka6. Mereka tidak mau mendengar argumentasi pihak lain, merasa benar sendiri dan tidak mengakui adanya kebenaran untuk semua manusia. Mereka menjadikan diri mereka sebagai tuhan yang dengan semaunya menafsrkan ayat-ayat Allah sesuai dengan hawa nafsunya7.

Pembahasan

Setelah membaca tulisan Adian Husaini tentang liberalisme, begitu menyentuh dan miris melihat perkembangan aqidah dikalangan akademisi muslim khususnya di Indonesia. Universitas Islam Negeri yang seharusnya sebagai wadah untuk menjaga ad-dinul islam dari serangan musuh-musuh Allah justru sebagai sarang kaum liberal yang sepak terjangnya meresahkan umat muslim pada umumnya. Salah u contoh peghalalan homoseksual, penanggalan jilbab, penghalalan nikah beda agama dan masih banyak lagi. Sungguh aplikasi syariah yang dibuat oleh kaum liberalis telah bertentangan dengan syariat islam yang sesungguhnya. Adian mengatakan bahwa kaum liberalis menafsirkan ajaran-ajaran islam mengikuti keinginan hawa nafsunya. Dengan menggunakan metode relativisme yang mengajarkan kebenaran itu relatif, makamenurut mereka tidak ada kebenaran yang abadi dan universal. Padahal Allah telah berfirman :

Artinya :

“ Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad ) termasuk orang-orang yang ragu.8 ( QS Ali Imran : 60)

Selain itu Nabi Muhammad diutus untuk seluruh alam bukan untuk orang Arab saja. Jadi Al Quran bersifat universal

Firman Allah ;

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”9 ( QS.Saba’ :28 )

Selain itu kaum liberalis juga dengan faham relativismenya berusaha mengambil alih otoritas penafsiran Al Quran dan hadits yang selama ini dipegang oleh para mufassirin. Pengambangan teologi relativisme ini sebenarnya membahayakan bagi kehidupan masyarakat. Teori ini mengajak penganutnya untuk tidak menyakini kebenaran agamanya dan berpangkal pada kimanana kepada sesuatu yang abstrak dan kabur. Ujungnya adalah pengingkaran kepada wahyu dan kenabian serta menyerahkan kebenaran kepada nurani manusia yang serba nisbi dan tidak jelas ukuran kebenarannya.

Kalau menengok kepada sejarah para sahabat nabi dan salafus shalih sangatlah jelas perbedaan antara kaum liberalis dengan sahabat-sahabat nabi yang diantaranya ada yang dijamin masuk surga seperti Bilal bin Rabbah. Para sahabat dan salafus shalih walaupun di karuniai akal yang cerdas tetapi tidak pernah mempermasalahkan tentang tafsir dan ta’wil secara berlebihan karena khawatir menyimpang. Ketidaktahuan mengenai ayat-ayat musykilat dikembalikan kepada Allah dan Rasulnya. Mereka menundukkan akal mereka atas wahyu-wahyu Allah. Tetapi kaum oriantalis malah sebaliknya senantiasa mencari kebenaran dengan akal sediri mengesampingkan kebenaran yang telah Allah tunjukkan melalui rasul dan nabi-nabiNya.

Firman Allah :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”10.( QS. An Nisa’ :59 )

Adian mengatakan bahwa kaum liberal berusaha me-liberal-kan ajaran-ajaran agama islam dengan faham relativismenya. Mereka mencoba mengaburkan keabsahan Al Quran melalui tinjauan historis yang menurut mereka kesalahan bisa saja terjadi ketika penulisan dan pembukuan Al Quran dilakukan. Namun sanggahan yang disampaikan Adian sangat mengena sasaran. Adian menanggapi dengan mengatakan bahwa tinjauan historis yang tujuannya mencari keotentikan Al Quran yaitu tentang siapa pengarang Al Quran tidak bisa diterapkan seperti yang telah mereka lakukan pada Bibel. Karena Al Quran tidak ada yang mengarang, Al Quran adalah wahyu Allah dan juga bukan kitab sejarah. Teks Al Quran bersifat final dan universal, hukum-hukumnya bersifat abadi sampai akhir zaman dan tidak ada keraguan di dalamnya.11

Firman Allah :

Artinya : Alif laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”12( QS.Al Baqarah : 1-2 )

Allah menjelaskan bahwa agama islam sudah sempurna tidak perlu lagi revisi seperti pada Bible. Allah sendiri yang meyatakan kesempurnaan itu,

Firman Allah :

Artinya : “………hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu” .13 ( QS. Al Maidah : 3 )

Golongan Islam liberal juga mengembangkan faham pluralisme. Adian mengatakan bahwa :

“ inti dari jaran pluralism adalah setiap pemeluk agama tidak boleh meyakini dan menyatakan bahwa agamanya saja yang paling benar”.14

Faham seperti ini jelas menghancurkan aqidah islam. Bahkan diantara mereka ada yang menyatakan surga adalah bagi semua pemeluk agama, sedangkan syarat memasukinya adalh keikhlasa pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan tanpa melihat agamanya.15 Pemahaman liberal diatas mengindikasikan bahwa semua agama adalah benar. Semua agama ada dalam satu keluarga yang sama yaitu keluarga pecinta jalan menuju kebenaran yang tak pernah ada ujungnya.

Yang dikembangkan dalam islam liberal adalah insklusivisme dan pluralisme. Insklusivisme itu menegaskan kebenaran setiap agama harus terbuka. Perasaaan soliter sebagai penghuni tunggal pulau kebenaran sangat dihindari oleh fajksi insklusif ini. Menurut mereka tidak menutup kemungkinan ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, sebaliknya terdapat kasalan pada agama yang kita anut. Sedangkan pluralisme menganggap bahwa setiap agama adalah jalan keselamatan. Perbedaaan agama satu degan yang lainnya hanyalah masalah teknis , tidak prinsipil . Pandangan pluralis ini tidak hanya berhenti pada sikap terbuka namun juga sikap paralelisme yaitu menempatkan semua agama sebagai jala-jalan keselamatan yang sejajar.16

Dalam pembahasan islam liberal di Indonesia atau jaringan islam liberal ( JIL ) adian mengungkapkan beberapa rumusan tujuan gerakan JIl itu antara lain : Pertama memperkokoh landasan demokratisasi melalui penanaman nilai-nilai pluralisme, insklusivisme dan humanisme. Kedua membangun kehidupan keberagamaan yang berdasar pada penghormatan atas perbedaan ( toleransi beragama ) . Ketiga mendukung penyebaran faham yang pluralis terbuka dan

humanis . Keempat mencegah agar pandangan-keagamaaan yang militan dan pro kekerasan tidak mendominasi wacana publik.17.

Penutup

Kontroversi pemkiran islam libeal bukan hanya membawa kebingungan berfikir di kalangan umat islam terutama kalangan awam. Tetapi jika decermati pemikiran liberal membawa kepada pemurtadan umat sebab telah menghilangkan hal-hal yang bersfat fundamental ( aqidah ). Islam liberal memberikan kesan seakan-akan ajaran islam itu tidak liberal sehingga perlu disisipkan kata “ liberal “. Padahal seandainya ada umat islam yang berfikir sempit berfikir , tidak terbuka bukan berarti islamnya yang sempit tetapi manusia islamnya saja yang berfikiran sempit. Padahal betapa liberalnya islam, semua manusia memiliki kedudukan yang sama sebagai hamba Allah. Perbedaan warna kulit , bangsa, budaya adalah realitas ciptan Allah yang bertujuan untuk saling mengenal. Sedangkan yang paling baik diantara manusia adalah yang paling banyak membawa manfaat kepada sesama.

Sebenarnya sudah cukup banyak yang memberikan tanggapan terhadap wacana-wacana yang dikembangkan oleh kelomok islam liberal khususnya di Indonesia termasuk yang paling gencar adalah Adian Husaini, Dia menyarankan untuk tidak terlalu menanggapi wacana-wacana yang digulirkan oleh kelompok liberal sebab dengan maraknya pembahasan tentang leberalisme maka akan semakin terkenal di kalangan masyarakat. Namun pada saat tertentu perlu adanya tanggapan jika mersahkan masrakat. Perlu adanya pemahaman di masyarakat tentang apa itu islam liberal, perkembangan dan juga upaya-upanya menaggulanginya.

Kesimpulan

Pembaharuan islam seharusnya bertujuan untuk mengembalikan ajaran-ajaran islam yang sesuai dengan Al Quran dan sunnah-sunnah nabi. Pembaharuaan yang dikumandangkan oleh islam liberal justru membawa umat kepada pendangkalan aqidah umat islam dan bahkan pemurtadan. Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pemikiran-pemikiran Adian Husaini tentang liberalisme tidak menyalahi manhaj ulama revivalis (salaf).Pendapat-pendapatnya tentang islam liberal perlu mendapat dukungan untuk membendung arus liberalisme khususnya di Indonesia.