17.18

Islam Liberal;

Pendahuluan

Islam memberikan kebebasan dalam memeluk agama, islam bukan agama paksaan tetapi islam adalah agama yang rahmatal lil’alamin yang mengembangkan sikap toleransi sehingga sangat memungkinkan bagi agama lain untuk bekerjasama namun bukan dalam hal aqidah.

Firman Allah :

Artinya :

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.1 ( QS Al Baqarah : 256 )

Apabila sesorang telah memilih islam sebagai agamanya maka beban atau takalluf sebagai seorang muslim pun berlaku . Yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Tentunya langkah yang ia lakukan pertama-tama adalah membaca dua kalimat syahadat yang isinya persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Allah adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta dan sekaligus mengatunya. Allah mempunyai kekuasaan dan kebenaran yang mutlak atas segala makhlukNya ( Al Malik- Al Haqq ). Kebenaran yang Allah miliki itu disampaikan kepada hamba-habanya melalui para nabi dan rasulNya melalui perantaraan Malaikat

Jibril. Kebenaran Allah bersifat mutlak, sedangkan kebenaran manusia bersifat tidak mutlak atau nisbi. Tetapi manusia diberi akal untuk bisa mengetahui kebenaran yang haqiqi yaitu melalui wahyu para nabi dan rasul.

Dalam urusan agama akal harus tunduk kepada wahyu, bukan sebaliknya wahyu harus disesuaikan dengan kemauan akal. Sejarah mencatat bahwa pernah terjadi pada masa awal munculnya faham mu’tazilah sebagian orang meletakkan akal diatas dalil-dalil naqli. Seiring dengan perkembangan zaman dan problematika hidup yang semakin kompleks, maka menuntut penyesuaian penafsiran ayat-ayat Al Quran sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi karena Al Quran itu diperuntukkan sampai akhir zaman. Namun sayangnya kelompok liberalis yang rata-rata bertitel intelektual berusaha menafsirkan ajaran-ajaran agama dengan kemauan sendiri mengikuti hawa nafsu sehingga menyelewengkan dari arti kebenaran dan mengaburkan konsep aqidah yang selama ini dipegangi oleh mayoritas muslim terutama di Indonesia. Akibatnya sebagian muslim kehilangan keyakinan akan kebenaran kitab suci mereka sendiri. Al Quran ditafsirkan menurut versi mereka sehingga timbullah perbedaan-perbedaan baik dibidang aqidah dan syari’at.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan apabila virus liberal ini menjagkit ke umat islam sehingga terjadi krisis aqidah yang akhirnya berujung pada sekulerisme dan bahkan kemurtadan. Bagaimana pemikiran-pemikiran Adian Husaini tentang liberalisme?

Tulisan ini hendak membahas bagaimana pemkiran-pemikiran Adian Husaini tentang liberalisme yang terjadi dikalangan intelektual muslim khususnya di Indonesia, juga ingin membuka wawasan umat ilsam akan kesesatan yang ditimbulkan oleh faham ini.

Pemikiran-Pemikiran Adian Husaini Tentang Islam Liberal

Dalam bukunya yang berjudul Kumpulan Catatatan Akhir Pekan : Membendung Arus Liberalisme di Indonesia, Adian Husaini mengatakan bahwa : “liberalisme pada intinya adalah gagasan yang meletakkan ajaran agama dalam dinamika sejarah. 2

Jadi nilai-nilai agama harus tunduk kepada dinamika perkembangan zaman. Tidak ada ajaran agama yang dianggap tetap , semua harus berubah mengikuti zaman.

Sejarah liberalimse bermula dari kaum Yahudi yang petama kali melakukan liberalisasi terhadap agamanya. Kaum Yahudi liberal muncul pada abad ke-19 yang berusaha menyesuaikan dasar-dasar ajaran agama Yahudi dengan nilai-nilai zaman pencerahan Eropa yaitu tentang pemikiran dan bukti-bukti sains. Kaum Yahudi betekad bahwa mereka adalah bagian sejarah perjalanan dan dinamika zaman. Mereka siap untuk meninjau kembali memodifikasi dan merenovasi kembali ajaran-ajaran agama Yahudi. Setelah Yahudi Kaum Kristen juga membentuk aliran liberalisme. Rekonstruksi agama Kristen dilakukan dengan metode sosio –historis.3

Faham liberal yang di bawa oleh Barat modern menggiring manusia untuk menikmati dunia dan melupakan tuhannya. Kaum liberalis menjadikan keraguan dan relativisme sebagai dasar nilai yang mengarahkan manusia kepada keraguan terhadap kebenaran agama dan dilarang untuk meyakininya. Relativisme adalah suatu doktrin dimana ilmu, kebenaran dan moralitas yang berlaku selalu terkait dengan budaya, social, dan konteks sejarah dan tidak bersifat absolute. Jika dikatakan kebenaran adalah relative, artinya kebenaran itu hanya berlaku temporal, personal, parsial atau terkait budaya tertentu. Jadi tidak ada kebenaran yang abadi atau universal4. Maka ujung dari faham ini adalah sikap apatis tergadap kebenaran, sikap bebeal dan masa bodoh. Tidak peduli mana iman dan mana kufur, mana tauhid mana syirik, mana haq dan mana bathil dan juga tak peduli mana halal dan mana haram.

Upaya untuk mencegah liberalisme harus dilakukan oleh seluruh komponen umat Islam. Sebab liberalisme mendapatkan dukungan yang sangat besar dari system kekuatan-kekuatan yang global, Para penguasa dunia mendidik sarjana muslim dan tokoh-tokoh islam agar mau mengikuti langkah-langkah liberal. Kucuran dana, imbalan dan penghargaan yang sangat besar untuk yang berhasil dalam misi besar ini.5

Kaum liberal sudah tidak percaya lagi akan keotentikan Al Quran, sehingga tidak ada gunanya dalil Al Quran bagi mereka. Diantara mereka memang masih ada

yang percaya bahwa Al Quran adalah wahyu Allah, tetapi dalam penafsirannya berbeda-beda. Mereka menggunakan teori relativisme yang menganggap bahwa kebenaran itu relatif.

Jika ada umat islam yang berbeda pendapat dengan mereka maka akan disalahkan dibilang radikal , tidak toleran dan sebagainya. Jadi kita dilarang menyalahkan yang salah, tetapi mereka boleh menyalahkan pendapat yang tidak sesuai dengan mereka6. Mereka tidak mau mendengar argumentasi pihak lain, merasa benar sendiri dan tidak mengakui adanya kebenaran untuk semua manusia. Mereka menjadikan diri mereka sebagai tuhan yang dengan semaunya menafsrkan ayat-ayat Allah sesuai dengan hawa nafsunya7.

Pembahasan

Setelah membaca tulisan Adian Husaini tentang liberalisme, begitu menyentuh dan miris melihat perkembangan aqidah dikalangan akademisi muslim khususnya di Indonesia. Universitas Islam Negeri yang seharusnya sebagai wadah untuk menjaga ad-dinul islam dari serangan musuh-musuh Allah justru sebagai sarang kaum liberal yang sepak terjangnya meresahkan umat muslim pada umumnya. Salah u contoh peghalalan homoseksual, penanggalan jilbab, penghalalan nikah beda agama dan masih banyak lagi. Sungguh aplikasi syariah yang dibuat oleh kaum liberalis telah bertentangan dengan syariat islam yang sesungguhnya. Adian mengatakan bahwa kaum liberalis menafsirkan ajaran-ajaran islam mengikuti keinginan hawa nafsunya. Dengan menggunakan metode relativisme yang mengajarkan kebenaran itu relatif, makamenurut mereka tidak ada kebenaran yang abadi dan universal. Padahal Allah telah berfirman :

Artinya :

“ Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad ) termasuk orang-orang yang ragu.8 ( QS Ali Imran : 60)

Selain itu Nabi Muhammad diutus untuk seluruh alam bukan untuk orang Arab saja. Jadi Al Quran bersifat universal

Firman Allah ;

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”9 ( QS.Saba’ :28 )

Selain itu kaum liberalis juga dengan faham relativismenya berusaha mengambil alih otoritas penafsiran Al Quran dan hadits yang selama ini dipegang oleh para mufassirin. Pengambangan teologi relativisme ini sebenarnya membahayakan bagi kehidupan masyarakat. Teori ini mengajak penganutnya untuk tidak menyakini kebenaran agamanya dan berpangkal pada kimanana kepada sesuatu yang abstrak dan kabur. Ujungnya adalah pengingkaran kepada wahyu dan kenabian serta menyerahkan kebenaran kepada nurani manusia yang serba nisbi dan tidak jelas ukuran kebenarannya.

Kalau menengok kepada sejarah para sahabat nabi dan salafus shalih sangatlah jelas perbedaan antara kaum liberalis dengan sahabat-sahabat nabi yang diantaranya ada yang dijamin masuk surga seperti Bilal bin Rabbah. Para sahabat dan salafus shalih walaupun di karuniai akal yang cerdas tetapi tidak pernah mempermasalahkan tentang tafsir dan ta’wil secara berlebihan karena khawatir menyimpang. Ketidaktahuan mengenai ayat-ayat musykilat dikembalikan kepada Allah dan Rasulnya. Mereka menundukkan akal mereka atas wahyu-wahyu Allah. Tetapi kaum oriantalis malah sebaliknya senantiasa mencari kebenaran dengan akal sediri mengesampingkan kebenaran yang telah Allah tunjukkan melalui rasul dan nabi-nabiNya.

Firman Allah :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”10.( QS. An Nisa’ :59 )

Adian mengatakan bahwa kaum liberal berusaha me-liberal-kan ajaran-ajaran agama islam dengan faham relativismenya. Mereka mencoba mengaburkan keabsahan Al Quran melalui tinjauan historis yang menurut mereka kesalahan bisa saja terjadi ketika penulisan dan pembukuan Al Quran dilakukan. Namun sanggahan yang disampaikan Adian sangat mengena sasaran. Adian menanggapi dengan mengatakan bahwa tinjauan historis yang tujuannya mencari keotentikan Al Quran yaitu tentang siapa pengarang Al Quran tidak bisa diterapkan seperti yang telah mereka lakukan pada Bibel. Karena Al Quran tidak ada yang mengarang, Al Quran adalah wahyu Allah dan juga bukan kitab sejarah. Teks Al Quran bersifat final dan universal, hukum-hukumnya bersifat abadi sampai akhir zaman dan tidak ada keraguan di dalamnya.11

Firman Allah :

Artinya : Alif laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”12( QS.Al Baqarah : 1-2 )

Allah menjelaskan bahwa agama islam sudah sempurna tidak perlu lagi revisi seperti pada Bible. Allah sendiri yang meyatakan kesempurnaan itu,

Firman Allah :

Artinya : “………hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu” .13 ( QS. Al Maidah : 3 )

Golongan Islam liberal juga mengembangkan faham pluralisme. Adian mengatakan bahwa :

“ inti dari jaran pluralism adalah setiap pemeluk agama tidak boleh meyakini dan menyatakan bahwa agamanya saja yang paling benar”.14

Faham seperti ini jelas menghancurkan aqidah islam. Bahkan diantara mereka ada yang menyatakan surga adalah bagi semua pemeluk agama, sedangkan syarat memasukinya adalh keikhlasa pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan tanpa melihat agamanya.15 Pemahaman liberal diatas mengindikasikan bahwa semua agama adalah benar. Semua agama ada dalam satu keluarga yang sama yaitu keluarga pecinta jalan menuju kebenaran yang tak pernah ada ujungnya.

Yang dikembangkan dalam islam liberal adalah insklusivisme dan pluralisme. Insklusivisme itu menegaskan kebenaran setiap agama harus terbuka. Perasaaan soliter sebagai penghuni tunggal pulau kebenaran sangat dihindari oleh fajksi insklusif ini. Menurut mereka tidak menutup kemungkinan ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, sebaliknya terdapat kasalan pada agama yang kita anut. Sedangkan pluralisme menganggap bahwa setiap agama adalah jalan keselamatan. Perbedaaan agama satu degan yang lainnya hanyalah masalah teknis , tidak prinsipil . Pandangan pluralis ini tidak hanya berhenti pada sikap terbuka namun juga sikap paralelisme yaitu menempatkan semua agama sebagai jala-jalan keselamatan yang sejajar.16

Dalam pembahasan islam liberal di Indonesia atau jaringan islam liberal ( JIL ) adian mengungkapkan beberapa rumusan tujuan gerakan JIl itu antara lain : Pertama memperkokoh landasan demokratisasi melalui penanaman nilai-nilai pluralisme, insklusivisme dan humanisme. Kedua membangun kehidupan keberagamaan yang berdasar pada penghormatan atas perbedaan ( toleransi beragama ) . Ketiga mendukung penyebaran faham yang pluralis terbuka dan

humanis . Keempat mencegah agar pandangan-keagamaaan yang militan dan pro kekerasan tidak mendominasi wacana publik.17.

Penutup

Kontroversi pemkiran islam libeal bukan hanya membawa kebingungan berfikir di kalangan umat islam terutama kalangan awam. Tetapi jika decermati pemikiran liberal membawa kepada pemurtadan umat sebab telah menghilangkan hal-hal yang bersfat fundamental ( aqidah ). Islam liberal memberikan kesan seakan-akan ajaran islam itu tidak liberal sehingga perlu disisipkan kata “ liberal “. Padahal seandainya ada umat islam yang berfikir sempit berfikir , tidak terbuka bukan berarti islamnya yang sempit tetapi manusia islamnya saja yang berfikiran sempit. Padahal betapa liberalnya islam, semua manusia memiliki kedudukan yang sama sebagai hamba Allah. Perbedaan warna kulit , bangsa, budaya adalah realitas ciptan Allah yang bertujuan untuk saling mengenal. Sedangkan yang paling baik diantara manusia adalah yang paling banyak membawa manfaat kepada sesama.

Sebenarnya sudah cukup banyak yang memberikan tanggapan terhadap wacana-wacana yang dikembangkan oleh kelomok islam liberal khususnya di Indonesia termasuk yang paling gencar adalah Adian Husaini, Dia menyarankan untuk tidak terlalu menanggapi wacana-wacana yang digulirkan oleh kelompok liberal sebab dengan maraknya pembahasan tentang leberalisme maka akan semakin terkenal di kalangan masyarakat. Namun pada saat tertentu perlu adanya tanggapan jika mersahkan masrakat. Perlu adanya pemahaman di masyarakat tentang apa itu islam liberal, perkembangan dan juga upaya-upanya menaggulanginya.

Kesimpulan

Pembaharuan islam seharusnya bertujuan untuk mengembalikan ajaran-ajaran islam yang sesuai dengan Al Quran dan sunnah-sunnah nabi. Pembaharuaan yang dikumandangkan oleh islam liberal justru membawa umat kepada pendangkalan aqidah umat islam dan bahkan pemurtadan. Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pemikiran-pemikiran Adian Husaini tentang liberalisme tidak menyalahi manhaj ulama revivalis (salaf).Pendapat-pendapatnya tentang islam liberal perlu mendapat dukungan untuk membendung arus liberalisme khususnya di Indonesia.

0 komentar: